Suatu hari, hiduplah seorang bidadari cantik yang tersesat di hutan belantara yang indah.. Jalannya terseok sambil memapah sayapnya yang patah, terus dan terus ia berjalan mencari bantuan, sampai selanjutnya ia tak tahu lagi arah dan jatuh tak sadarkan diri ...
Ia terbangun, merasakan dingin di sekujur pundak sbelah sayapnya yang terluka .. rupanya seorang pria muda tengah mengobati sayapnya dengan ramuan entah apa, amuan yang dingin namun wangi dan terasa nyaman .. seperti bunga melati, begitu terasa suci dan menenangkan .. Ia bertanya "Maaf.." "Ssst, tenanglah, aku sedang memperbaiki sayapmu yang rusak ini .. semua akan baik-baik saja .. :) " Lalu bidadari itu pun menurut saja, dan terus menurut akan apa yang dikatakan sang pemuda baik hati yang tampak menyayanginya itu ...
cara sang pemuda mengobatinya, merawatnya, menjaganya .. membuatnya terkesan .. hingga tiba waktu ketika sayapnya sembuh ..
"Bidadari, sayapmu telah pulih dan kini, kau bisa menggunakannya ... kau bisa pulang dan mencari teman-temanmu, bisa bebas berkelana lagi ke tempat-tempat yang indah dan kau inginkan .."
"terima kasih, tapi Tuan .. haruskah aku pergi?"
"tentu saja, kau telah memiliki kebebasan yang diinginkan tiap bidadari .. maksudku.. kenapa tidak kau pergi? bukankah dulu kau ingin pergi?"
"tidak tuan, aku tak pernah ingin pergi .. tuan, sejak aku terbangun karena dinginnnya ramuan bunga melati itu, aku merasakan kenyamanan yang indah, tenteram, aku ingin terus bersamamu tuan , bolehkah itu?"
"tidak, maaf .. kau sahabat yang baik, tapi itu tidak bisa .."
"mengapa?"
"tidak kau tak bisa, kau tak bisa mulai menyukaiku dan mencintaiku.."
"cinta? apa itu? bukankah itu sering disebut ketika kau menceritakan tentang melati? melati putih lambang cinta .. apa itu cinta tuan?"
"kau tak perlu tahu.. maaf tapi pergilah dari sini . aku tak mungkin lagi bersamamu .."
"tapi tuan, sayapku ini dan cinta.. ya! mungkin cinta inilah yang terselip di celah sayapku yang membuatku makin hari makin enggan meninggalkanmu dan ingin selalu dekatmu tuan ..aku tak bisa pergi tuan, aku mencintaimu.. tidakkah kau mencintaiku?"
"tidak, tak bisa.."
"kenapa?"
"karena aku manusia, tanpa sayap .. sedangkan kau adalah bidadari ... aku tak mungkin bersamamu .. kita beda!"
...."lalu.."
"lalu mengapa tuan memperbaiki sayapku? kenapa tuan menyembuhkannya dengan bunga lambang cinta itu?? kenapa tuan membuatku menyukaimu ?"
"aku pikir, kau akan pergi setelah sayapmu sembuh .."
"tidak tuan, biar aku tak memiliki sayap ini jika kau harus menyembuhkannya dengan cinta yang tak dapat kau terima sendiri, aku tak butuh sayap ini lagi, aku membutuhkanmu tuan!"
Bidadari pun dengan sekuat tenaga merobek sayapnya, kali ini keduanya ..
"Aku ingin jadi manusia.. aku tak ingin beda denganmu tuan !"
"Kau tak bisa begini, bagaimanapun aku tak bisa, aku mencintai manusia.. dan sekalipun kau jadi manusia .. yang kucintai bukan kamu .. aku sudah memiliki cintaku sendiri .. berhenti melukai dirimu .."
Pria muda tersebut terlambat, kata kata terakhir dari sang pemuda benar-benar telah melukai hati sang bidadari bersamaan dengan dirobeknya helai bulu sayap terakhir dan menetesnya darah terakhir dari kedua sayap yang dipatahkannya ..
"Aku mencintaimu.. aku mencintaimu.. aku ingin jadi manusia, tak ingin jadi bidadari.."
Bidadari pun perlahan berwajah pucat pasi, dengan tatapan lirih dan nafas merintih, dia pun akhirnya meninggal ..
Sang Pemuda masih terkejut, dia berlari meninggalkan gubuk tua indahnya disitu, di hutan belantara yang indah pula itu.. dia pergi dan berlari terus berlari, hingga sampai di pinggiran kota, bertemu seorang wanita manis yang menyapanya "Apa yang terjadi suamiku?"
"tak apa sayang, aku .. aku .. aku hanya, mencintaimu"
Sang pemuda tak pernah kembali lagi ke hutan belantara, ia hidup di pinggiran kota bersama anak dan istrinya..hidup damai dan bahagia, sedangkan bidadari pun pergi untuk selama-lamanya, hutan belantara beserta gubuk tua yang indah telah menjadi saksi dan kian menua menjadi tak begitu indah .. penuh dengan aura kesedihan, jejak saksi pedihnya cinta yang salah , cinta yang pahit, cinta yang tiada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar